Sabtu, 28 Agustus 2010

Hari-hari awal kami di SMANSA

Kami berbaris di lapangan, menunggu nama kami dikumandangkan. . . .
Satu persatu anak keluar dari barisan dan membentuk sebuah barisan baru. . . .
Di barisan keempat . . . .
Itulah kami . . . . (Nunuy, Ali, Rara, Anti, Arif, Bayu, Bebby, Dea, Deka, Dhia, Dennis, Dzaky, Dysan, Ugie, Hafizh, Kenny, Laras, Lintang, Fakhri, Alif, Nabiel, Cha-cha, Novan, Ovie, Wira, RafiiRatu, Hanun, Vemi, Zaep)
Kami. . . .
Wonderful Ten Four. . . .


Masa Orientasi Siswa-lah yang mengawali pejalanan kami. Tugas-tugas MOS yang seluruh formatnya harus sama, memaksa kami untuk saling mengenal satu sama lain. Mulai dari bertukar no. hp sampai mendiskusikan setiap tugas MOS yang diberikan. Saat itu yang kami pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar tugas yang kian menumpuk itu bisa selesai pada waktu yang ditentukan tanpa memikirkan asal dan pribadi setiap anak, agar kami dapat lebih berusaha untuk menjadi kompak.

Setiap hari kami mengerjakan JARKOM di rumah Nurul karena tugas yang begitu banyak dan sangat membutuhkan kekompakan. Anehnya, walaupun tugasnya sangat banyak, tapi kami tetap mengerjakannya dengan canda tawa. Setiap tetes keringat dan keluh kesah yang terucap, semua itu tergantikan oleh kebersamaan kami. Padahal baru beberapa hari kenal tapi kami sudah seakrab ini.

Kami berusaha mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin agar kami dapt mempertanggung-jawabkannya pada POSKO. Tapi setiap hari, selalu aja ada masalah. Hari pertama, saat kami ditugaskan untuk membawa bekal yang sama dan dibungkus, salah satu dari teman kami malah membawa menu yang berbeda dan dikemas dengan tupperware bukan dibungkus. Tentu saja kami mendapat teguran pedas dari kakak-kakak PJ. Tidak hanya itu, saat ditugasi untuk membuat denah SMANSA, dtemukan sebuah gambar denah yang malah berisi gambar kotak-kotak dengan tanda ceklis ditengahnya yang bertuliskan “Sawah”. Teguran-teguran itu sempat membuat semangat kami drop. Tapi kami pun bangkit lagi dan berusaha untuk hari terahir yaitu pada hari ketiga.

Kami kira, kami sudah menerjakan tugas dengan baik dan kali ini hasilnya pun akan memuaskan. Tapi kami salah besar. Hari itu adalah puncak dari semua masalah. Kami salah mengerjakan tugas satu kelas dan para PJ langsung mengatakan, “Kalian emang kompak! Tapi kompak dalam kesalahan!”. Pada saat itu, para PJ dari kelas lain memasuki ruang kelas kami dan saat itu suasana benar-benar kacau. Teriakan PJ terdengar sampai ujung kelas. Kami ingin membela diri tapi entah kenapa kata-kata pembelaan kami hanya terucap didalam hati. Lidah kami menjadi kelu. Kemudian saat suasana benar-benar sudah memanas, POSKO pun datang dan mereka meminta pertanggung jawaban kami tapi dengan lembut. Saat itu semua anak kelas kami terdiam. Sambil merenung, adapun salah satu teman kami yang menagis. Ia menangis bukan karena takut didatangi PJ kelas lain dan POSKO tapi dia menangis kecewa karena merasa semua pekerjaan dan usaha yang telah kami lakukan adalah sia-sia dan sama sekali tidak dihargai. Saat itu, hati kami benar-benar sakit karena pa yang dikataan teman kami itu memang benar. Tapi kami berusaha tersenyum dan melupakan hal itu sesaat.

Keesokan harinya, MOS pun berakhir dan digantikan oleh MOPPP. Perasaan kami saat itu benar-benar senang karena tak ada yang memarahi dan berteriak-teriak di telinga kami. Kami pikir hal itu akan terus berlanjut sampai Big Camp nanti. Tapi lagi-lagi kami salah besar. Saat pulang seolah, POSKO berkumpul dan mulai membacakan setiap bait kesalahan kami didepan lapangan. saat itu kami baru sadar, ini adalah sebuah pengadilan. 10 kesalahan yang kami perbuat tapi semua pembelaan kami ditolak mentah-mentah. Rasanya sakit sekali ketika membayangkan apa yang telah kami usahakan lakukan dengan sebaik-baiknya tapi sia-sia.

“Kalian mau kami adakan MOS yang kedua??”

Kata-kata itu benar-benar menusuk dan semua orang berusaha membela agar tak dilakukan MOS untuk yang kedua kalinya. Tapi apa yang terjadi diluar dugaan kami. . .

“Selamat mulai hari ini kalian resmi menjadi warga SMANSA”

Sorak sorai tepuk tangan menggema dimana-mana. Semua hanya bisa ternganga saat POSKO mengatakan hal itu. Kami angkatan “Meriam Baja” telah berhasil melewati MOS ini. Sungguh air mata langsung tumpah begitu saja saat para PJ yang tadinya bermuka masam, langsung tersenyum dan tertawa riang. Hari itu bukanlah akhir dar perjuangan kami tap merupakan awal untuk menjejaki masa depan. Khususnya bagi kelas kami. Dan sampai sekarang pun kami masih terus berusaha menjadi kuat dan tegar setegar Meriam Baja.

by WONDERFUL TEN FOUR 

1 komentar: